Sampah Rumah Tangga, masalah kecil yang menjadi besar (sekali)


Dahulu kala, masa itu saya masih kecil, 30 tahun yang lalu lah agaknya, sampah rumah tangga itu gampang sekali membuangnya. banyak tempat penampungan sampah, cuma perlu sedikit usaha mengantarkannya kira-kira 1 km dari rumah. Tempat sampah bukan banyak sih, tapi terjangkau lah untuk kami. Namun sekarang, mau buang sampah aja mesti bayar. Udah bayar diambilnya 1-2 kali seminggu. belatung sudah banyak, baunya ndak ketulungan tukang ambil sampahnya juga gak datang2. mau antar sendiri, semua tempat sampah illegal alias bukan tempat sampah sebenarnya. Tentu saja yang punya Tanah jadi marah. Begini aksi saya mau buang sampah : pagi-pagi masih pukul 6, sambil disengaja mau cari lontong buat sarapan yang agak jauhan, trus bawa sampah beberapa kantong, taruh di motor. sambil jalan santai motornya ketika mendekati lokasi target, tangan kiri siap-siap buang sampah. Mata mulai mencari-cari, apakah ada orang yang liat, kalau ada misi dibatalkan, cari tempat lain. kalau gak ada, lemparkan sampah dan langsung kabur.

Pernah sekali, buang sampah agak siangan jam 9 gitu. dengan lugunya bawa sampah sambil jalan bawa anak istri. pas mau buang sampah, disorakin saya orang “Oi, jangan buang sampah disitu, itu tanah pribadi, bukan punya pemerintah,…bla..bla…bla”. Saya sih awalnya gak masalah, tapi gak enaknya orang itu bicara sambil ngacungin parang. ngeri gak tu. hah…. susahnya mengurus sampah rumah tangga.  Nah, ini baru 1 rumah, ada berapa rumah dalam 1 perumahan, 100 rumah kita anggap. Kalau dalam 1 kelurahan ada berapa ?, kalau 1 kota ada berapa ?. Pantas saja sampah kita menjadi masalah besar saat ini, karena pertumbuhan penduduk kota terutama, sangat tinggi sedangkan pengolahan sampah tetap segitu dari tahun ke tahun bahkan cenderung menurut akibat peralatan yang menurut fungsinya.

Apa yang kita lakukan untuk membantu meringankan beban akibat sampah ini ?. setelah baca-baca, nonton youtube dan diskusi sama tetangga (cie… gaul ni sama tetangga). ada beberapa hal yang dapat kita lakukan di rumah tangga untuk mengurangi sampai di perkotaan (desa juga).

1. Pisahkan sampah menurut kategorinya, yaitu sampah rumah tangga non daging, sampah rumah tangga daging & tulang, sampah yang bias dibakar dan sampah limbah berbahaya. Yang terakhir jarang sekali ada di lingkungan kita.

2. Sampah daging, tulang, bulu ayam, perut ayam/ikan, langsung eksekusi dalam 1 hari. kalau bisa saat itu juga di bagi-bagikan kepada yang berhak seperti : kucing atau ikan di empang. Nah yang tidak bisa dibagikan segera kubur tanpa plastic. Tanah nanti akan mengurainya.

3. Sampah rumah tangga non daging, seperti sayuran, kulit buah, nasi, dsb. di buang airnya dan dijadikan kompos. nanti akan saya ceritanya cara membuat pupuk kompos versi liputan rano karno (yang saya liat di youtube).

4. sampah plastic dan kertas kalau tidak ada cara mengolahnya, bisa dijual ke pemulung atau pengepulnya, atau dibakar saja kalau tidak mau ribet. kalau tau cara mengolahnya, ya silahkan diolah menjadi barang recycle seperti jadi tas, vas bunga, dll.

Alhamdulillah, dengan praktek yang demikian, sampah rumah tangga jadi sedikit, bahkan nyaris tidak ada lagi, trus ada pupuk kompos tak terasa jadi juga setelah 4 bulan iseng-iseng diolah.

Nah, kalau setiap keluarga mencoba trik ini, mungkin seminggu cukup 1 kantong kresek saja sampahnya. sudah mengurangi lebih dari 50% beban sampah keluarga di lingkungan kita. siapa tau menginspirasi.

Leave a comment